Halaman

Sabtu, 24 Agustus 2013

Sepenggal Cerita di Serambi Masjid

Setiap pukul 03.00 dini hari suara itu selalu membuatku terbangun, do'a melantun dari pengeras suara masjid dekat rumahku, "Alhamdulillahilladzi akhyana ba'dama amatana wailaihinusur".

Sesaat mataku terasa berat terjaga dari tidur, badanku berat seperti orang yang kegemukan. Ku paksakan tanganku membukakan mataku, kakiku kuangkat menahan beban badan yang tak seberapa. Namun yang berat adalah mengangkat rasa malas itu.

Waktu subuh masih satu jam setengah lagi, maka ku teruskan tidurku dan memasang alarm di HP jadulku.

Ya Allah, alhamdulillah pagi ini Engkau telah membangunkanku dengan nama-Mu. Dengan badan masih diliputi keengganan ku berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka, tangan dan kemudian buang air kecil.

Kemudian kuteruskan dengan mengambil wudu. Hawa dingin pagi itu masih terasa menggerayangi tulang-tulang dan badan kurusku, menggigil dan kedinginan.

Masih dengan setengah hati, kuambil sarung, baju dan kopyah serta sedikit wewangian untuk menambah kerapihanku menuju masjid. (sekalipun jauh lebih rapi ketika saya pergi kondangan..he..he..).

Sholat subuh telah usai dengan kekhusukan yang mendalam, sedalam do'a - do'a yang telah terucap padaNya dari jama'ah yang tidak genap satu shaf. Sambil beranjak pulang kuperhatikan hanya ada 2 remaja yang hadir. 

Dengan memberanikan diri kusapa mereka "Assalamu'alaikum" jawabnya dengan lirih dan malu-malau "wa'alaikumsalam". Masih dengan berjalan ringan menuju pintu masjid, obrolan ringan berlalu. Dan tak terduga ada sedikit topik yang menarik, maka ku ajaklah mereka duduk diserambi masjid.

Oh ya, tadi mas namanya siapa tanya saya singkat. "Saya Imam pak" jawabnya. Oh ya, nah kamu. "Saya Edi pak" jawabnya kemudian, Dan saya tidak memperkenalkan diri sebab mereka sudah tahu saya..ha..ha....(sombong dikit).

Singkat cerita, saya hanya berucap bahwa sholat subuh itu jarang sekali di hadiri oleh remaja seumuran kalian. Rata-rata sudah seperti umuran mereka yang 60  tahun ke atas..he..he, yang seumuranku juga sedikit, maka saya kagum dengan kalian. 

"oh ya pak, terimakasih, tapi apa yang membuat bapak ko kagum melihat kami ikut berjamaah subuh pagi ini, sebab terus terang saja pak, kami juga tidak pasti tiap hari pak",  jawab mereka berdua.

Jawabku "he..he ya benar, termasuk saya juga demikian dan malah banyakan ga jama'ahnya ko..he..he.., karena berbagai alasan dan kesibukan...kan begitu..?

Maksud saya begini Mas Imam dan Mas Edi, bagimana kalo kita besok-besok ngobrol lagi ya biasa habis shubuh atau habis maghrib atau isya..gimana. "Insya - Allah pak" jawabnya.

Ok, baik terimakasih ya telah ngobrol. "iya pak sama-sama". OK saya duluan ya Assalamu'alaikum. "Wa'alaikum" salam jawab mereka.

Sampai dirumah, kubaca Al Quran satu lembar walau belum tahu maksud bacaanya, lagi-lagi soal klasik hanya berharap ridho Illahi  dan sambil berfikir sebenarnya apa yang membuat kedua remaja tadi berjam'aah subuh di masjid. 

Apa mungkin karena masih terbawa situasi ramdhan yang baru saja usai atau mungkin karena ikhlas karena Allah, wallahualambisowab, aku hanya berdoa ya Allah semoga kami sekalian engkau mudahkan dalam beribadah.

Alhamdulillah tanpa direncana, Allah mempertemukan saya dengan remaja tadi selepas sholat maghrib, tapi hanya dengan mas Imam, sementara mas Edi tidak namapak

Maka kusapa Ia, Assalamu'alaikum...? ia menjawab "Wa'alaikumsalam". Bagaimana sehat. "Alhamdulillah pak sehat" jawab Imam. Sukurlah kalau begitu, oh ya mas Edi nggak kelihatan dimana. "Ehm saya ga tahu pak, mungkin dirumah pak," jawab Imam. Oh ya ga papa saya kirim salam aja buat Edi ya. "Iya pak, insya Allah saya sampaikan" jawabnya kemudian.

Dalam benak saya ni anak santun juga dan sepertinya amanah, yah semoga saja. eh...mas Imam. "Ya pak" jawab Imam. Boleh saya tahu, mas Imam masih sekolah atau sudah kerja. Imam sedikit menarik badan dan menjawab "Masih kuliah dan kerja pak" oh..bagus itu. "Tapi saya lagi pengin kerja sendiri pak pingin mandiri," sambung Imam. Apa itu "Ga tahu pak" he..he...ya sabar, kadang kita pingin sesuatu yang baru tapi belum tahu ya. "Iya pak" jawab Imam singkat. Kalo begitu sampai ketemu lagi ya Assalamu'alaikum. Mas Imam menjawab sambil tersenyum kecil "Wa'alaikumsalam".

Masih diteras masjid ketiga kalinya saya ngobrol dengan mas Imam, ehm...mas Imam "Ya pak" jawab Imam. Gimana dah ketemu rencanamu untuk punya aktifitas baru? "Belum pak" Ooh begitu, kalo saya boleh punya saran. "Ya pak", begini, kamu tetap aja kerja dulu yang sekarang dijalani, entar jika sudah ketemu baru pelan-pelan kamu serius dipekerjaan yang baru itu, asal halal dan baik selain kamu suka dan punya keahlian gimana? "Baik Pak insya Allah" jawabnya. 

Tapi saya punya rencana ni mas Imam, gimana kalo temen-temen seumuran kalian kita kumpulin dimasjid insya Allah seru. "He..he seru gimana pak, masa kumpul dimasjid bisa seru" tanya Imam sambil melipat sarungnya yang sedikit terbelit disela-sela jari kakinya.

Saya jawab oh bisa sekali, justru serunya remaja seumuran kalian berangkatnya dari mesjid. "Ah masa pak" jawab Imam menambah tidak percayaanya. Ok mas Imam kapan-kapan kita sambung lagi ya ini saya ada pekerjaan. "Oh yak sama-sama" jawab Imam.

Sambil berlalu, "ku berfikir ini remaja sekarang sudah nggak yakin masjid bisa jadi tempat kumpul-kumpul yang positif, maklum juga ya kayanya waktu aku seumuran dia sama juga". (ies)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar