Halaman

Minggu, 28 Juni 2020

Peningkatan Fungsi Sosial Masjid Dalam Penanggulangan Musibah

Masjid Agung Daarussalam Purbalingga. (Foto: Dok Imam ES 4/6/2016)

 Peningkatan Fungsi Sosial Masjid Dalam Penanggulangan Musibah

 KHUTBAH I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
 
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛
Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah
Marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, karena tidak ada bekal yang lebih baik untuk kita persiapkan selama hidup kita di dunia ini dengan menaati perintah-perintahNya, dan menjauhi larangan-larangannya, serta dilandasi dengan iman yang sempurna dihiasi dengan amal salih yang mencerminkan prilaku akhlak yang mulia.

Dan Rasulullah dengan jelas menyatakan bahwa sesempurna-sempurna iman orang mu’min adalah orang yang paling baik akhlaknya. Akmalul mu’minina imānan aḥsanuhum khuluqan… baik tutur kata, sikap dan berfikir kita kepada sesama manusia.

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,


Allah telah mengingatkan sekaligus menegaskan kepada kita pentingnya peran masjid bagi kehidupan umat Islam. Masjid pulalah yang pertama kali diupayakan untuk didirikan oleh Rasulullah SAW ketika beliau baru sampai di Madinah dalam perjalanan hijrah dari Makkah.

Masjid memiliki dua dimensi tujuan yakni sebagi pusat peribadatan kepada Allah dan peribadatan kepada manusia dan alam semesta atau yang lebih kita kenal hablu minalloh wa hablu minannass. Allah berfirman dalam S at-taubah 9: 18

إِنَّما يَعْمُرُ مَساجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللَّهَ فَعَسى أُولئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Artinya: Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan orang-orang yang beriman kepada hari kemudian seraya tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun, kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk (QS at-taubah 9: 18).

Hadirin Jama’ah Jumat Rahimakumullah,
Dalam sejarah Islam, masjid selain sebagi pusat kegiatan ibadah seperti shalat, iktikaf, kajian ilmu, masjid juga sebagai pusat pemerintahan, tempat mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, infaq, dan sedekah serta sebagai pusat strategi dakwah dan perang.

Masjid sejak awal didirikan oleh Rasulullah juga telah menjalankan banyak fungsi bagi aktivitas kehidupan kaum muslimin, diantaranya:

1.  Masjid berfungsi sebagai pembangun kesadaran ruhaniahnya untuk menjaga keseimbangan jiwa, keluruhan akhlak dan keutuhan pribadi.
2.  Masjid juga menjadi tempat membina kaderisasi umat dan kepemimpinannnya.
3.  Masjid juga menjadi tempat bagi kaum muslimin untuk memperoleh pencerahan dari berbagai permasalahan sosial.

Peran dan fungsi masjid dari masa kemasa idealnya harus terus bisa menjawab tantangan dan kebutuhan umat manusia, tak terkecuali di masa pandemi wabah covid-19.

Selain membangun sisi Aqidah, Akhlaq dan Ibadah, masjid saat ini dihadapkan pada kepentingan-kepentingan startegis hajat hidup manusia. Persoalan wabah covid-19 yang berdampak kepada semua sektor kehidupan manusia dan alam/lingkungan, tentu membutuhkan solusi yang bijak dan tepat.

Disinilah peran pengurus/takmir masjid ditunggu oleh umat dalam memberikan kontribusinya, setidaknya turut serta dalam pro aktif menyosialisasikan tentang wabah tersebut dan pencegahannya, agar umat memiliki informasi yang utuh dan proporsional.

Kemudian, masjid dalam posisi peran upaya pencegahan secara aktif tentu disesuaikan dengan fungsi masjid atau mushala setempat sebagai pembangun kesadaran ruhaniah demi menjaga keseimbangan jiwa, keluruhan akhlak dan keutuhan pribadi.

Dan yang ketiga masjid harus mampu mewujudkan kesejahteraan umat. Untuk saat ini setidaknya masjid secara riil membantu umat yang terdampak. Baik yang terdampak langsung sebagai korban positif Covid-19 atau masyarakat yang terdampak tidak langsung secara ekonomi.

Dan harapan ini bukanlah sesuatu yang berlebihan dan tanpa dasar, karena Islam telah memerintahkan hal tersebut seperti yang sudah termaktub dalam surat at Taubah ayat 18 di atas.

Hadirin Jama’ah Jumat Rahimakumullah,
Lebih dari itu, menjadi harapan kita semua, peran aktif masyarakat atau jemaah masjid atau mushala juga menjadi penting dalam menghadapi musibah secara bersama yakni adanya sinergitas, jemaah, takmir dan pemerintah.

Disisi lain, masjid dan mushala juga harus mampu memberikan ketenangan, pencerahan, pengayoman sekaligus solusi bagi jemaahnya. Dan inilah konsep kesejahteraan masjid, yakni sejahtera dalam keyakinan Aqidah, Akhlaq, Ibadah dan sejahtera dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

Hal itu bukanlah hal yang sulit dan mustahil, karena semua itu telah dibuktikan oleh Rasululloh dan para sahabatnya dalam membangun, memanajemen dan mengelola dalam kerangka MEMAKMURKAN MASJID.

Al Qur'an telah memberi petunjuk yang jelas agar manusia keluar dari kegelapan informasi/ilmu pengetahuan menuju jalan yang terang.

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ - ٩


Artinya: Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. [Al-Israa’ : 9]

Dan inilah sebagian gambaran peran masjid dalam masa pandemi Covid-19, di tanah air.

1.   Dikutip dari laman cnnindonesia.com bahwa Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Azman Latif menyatakan umat Islam harus menjadi pelopor pencegahan penularan penyakit virus corona.

2.   REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi langkah sejumlah masjid menjadi sebagai pusat bantuan untuk menolong warga terdampak Covid-19, baik secara ekonomi, sosial dan kejiwaannya.

3.   Sulselsatu.com edisi 28 Maret 2020 menyebutkan di tengah musibah Covid-19 atau virus corona, Majelis Sinergi Kalam (Masika) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Makassar meminta pengurus masjid mengikuti teladan baik yang dilakukan Masjid Jogokarian Jogja dalam penggunaan kas mesjid untuk membantu dalam pencegahan Covid-19.

4.   CNN Indonesia – Seorang Relawan peduli pencegahan covid-19 dokter Tirta juga pernah menyampaikan harapanya bahwa Ia mendorong penggunaan sepiker (pengeras suara) masjid dioptimalkan untuk memberikan edukasi mengenai korona kapada warga. Hal ini disampaikan saat konferensi pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana, pada Rabu (27/5/2020).

5.   Galamedia.pikiran-rakyat.com menyebutkan juga bahwa anggota DPR RI Fraksi PKB dari Dapil Subang, Majalengka dan Sumedang, K.H. Maman Imanulhaq menegaskan, dengan banyaknya bencana alam dan kurangnya sarana untuk tempat pengungsian sehingga banyak masjid digunakan. Maka ke depan akan diproyeksikan menjadi tempat tanggap bencana. (26 Februari 2020).

6.   Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dalam hal ini diwakili oleh Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan di sela peluncuran #BangkitDariMasjid, di Masjid Raya Al-Kautsar, Villa Dago, Pamulang, Tangerang Selatan, mengatakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mendukung kembalinya fungsi sosial masjid yang sebelumnya turut terdampak pandemi COVID-19, Jumat (22/5/2020).

Menurutnya, bahwa dampak COVID-19 tidak hanya soal masalah kesehatan saja, akan tetapi juga menyangkut masalah ekonomi, sosial, pendidikan dan ketahanan pangan.

Oleh sebab itu, melalui kampanye #BangkitdariMasjid, Lilik mengajak gerakan masyarakat bantu masyarakat, melalui penyuluhan edukasi, pangan, pendataan, ekonomi, medis dan psikologi melalui masjid. Sehingga masjid dengan fungsi sosialnya dapat menjadi tempat untuk implementasi konsep gerakan masyarakat.

Melihat hal tersebut diatas kita berharap, masing-masing masjid atau mushala dapat berperan sesuai dengan tingkatan atau pengelempokannya. Mulai dari masjid ditingkat Desa atau RT menerima zakat, infak dan sedekah dari masyarakat yang ada di lingkunganya tersebut dan dibagikan kepada mustahik disekitarnya tersebut. 

Sebagai kaum beriman, kita yakin bahwa di balik suatu musibah selalu menyisakan sebuah hikmah dan dalam setiap kesulitan adan dua kemudahan. Inilah yang menjadi dasar bagi kita umat Islam untuk selalu yakin bahwa segala sesuatunya datang dari Allah SWT.

Dan harapan kita tentang Masjid atau mushala dalam Tanggap Bencana adalah sebuah keniscayaan, dengan catatan kita semua memiliki kesadaran dan kepedulian untuk berdakwah dan berjuang bersama-sama. Terlebih kegiatan masjid dan mushala kita semakin hari semakin meningkat.

Sebaga informasi, bahwa di Indonesia ada sekitar 800 ribu masjid. Potensi ini harus diberdayakan secara sosial ekonomi oleh generasi muda tidak hanya dalam momentum pandemi Covid-19, tapi juga setelahnya dan kesiapsiagaan dalam bencana.

Demikian khutbah singkat kali ini, kita selalu berdoa dan berharap hanya kepada Allah agar kita selalu terhindar dan terjaga dari segala bencana ataupun musibah. Dan kita berharap semoga pandemi wabah Covid-19 segera berahir dari muka bumi, dan segera kembali normal dengan penuh rahmat, barokah dan keridhoan Allah SWT, aamiin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

KHUTBAH II
 

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا

وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. 



 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ.

مَجِيْدٌ


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.


رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ . رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّار

وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Senin, 01 Juni 2020

Opini; TPQ di Masa Pandemi Covid 19 dan Harapanya


Imam Edi S Kepala TPQ Nurul Iman (kanan) dalam Wisuda Bersama oleh FKPTPQ Kaligondang di Slinga pada 31 Oktober 1999 lalu (Foto: Dok.TPQ Nurul Iman Penaruban)
Opini; TPQ di Masa Pandemi Covid 19 dan Harapanya
Oleh Imam Edi S, Kepala TPQ Nurul Iman Penaruban

Keberadaan Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) sebagai lembaga non formal dibidang pendidikan agama khususnya baca dan tulis al Quran telah di akui oleh pemerintah.

TPQ yang lahir seiring lahirnya metode Iqro oleh KH As'ad Humam di Yogyakarta pada tahun 1988 tepatnya di kampung Selokraman Kotagede ini, sudah memiliki pengalaman dan kontribusi yang nyata dalam pendidikan moral bangsa.

Lebih dari tiga dekade, TPQ juga telah ikut mewarnai pendidikan karakter bangsa yang berbasis al Quran. Membaca dan menulis huruf atau teks al Quran menjadi ciri khusus dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Baca Juga : 

 KBM di kelas Quran TPQ Nurul Iman Penaruban di mushala an nuur, 23 januari 2019 lalu (Foto: Dok. TPQ Nurul Iman Penaruban)
Kita ketahui bahwa keberadaan TPQ di masyarakat sudah diakui, hal itu dibuktikan dengan masih eksisnya penyelenggaraan pendidikan hingga saat ini.

Dengan tiga tingkatan jenjang belajar, yakni tingkat Taman Kanak kanak Al Qur’an (TKQ), Tingkat Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) dan Tingkat Ta’limul Qur’an Lil Aulad (TQA) bisa dikatakan telah berjalan efektif.

Dan tiga tingkatan tersebut telah diwujudkan dalam penyelenggaraan wisuda sebagai akhir pembelajaran.

Santriwan dan santriwati adalah sebutan bagi para siswa yang aktif belajar di lingkungan TPQ. Dan Ustadz Ustadzah adalah sebutan atau sapaan yang lazim bagi para tenaga pendidiknya.

Dalam penyelenggaraanya sebagai pendidikan non formal, sebagian TPQ ada yang dikelola secara pribadi, kelompok atau yayasan. Sebagian juga ada yang dikelola oleh organisasi kemasyarakatan (ormas), takmir masjid, mushala dan lain-lain.

Jam belajar minimal empat jam dalam sepekan, biasanya diampu oleh para ustadz dengan sistem klasikal dan privat (persantri). Dan inilah salah satu metode pembelajaran yang ada di TPQ.

Baca Juga : 

KBM di kelas Iqro TPQ Nurul Iman Penaruban di MI Muhammadiyah, 18 Februari 2020 lalu (Foto: Dok. TPQ Nurul Iman Penaruban)
Metode klasikal dengan ceramah, cerita/mendongeng, menyanyi, menggambar, mewarnai dan bermain memperkaya berlangsungnya KBM. Proses KBM juga bisa di ruang kelas, rumah, mushala/masjid. Kemudian KBM di luar kelas atau di halaman yang lebih dikenal dengan outing class.

Usaha meningkatkan kompetensi santri dan ustadz juga telah digelar, baik melalui diklat bagi para ustadz dan festival santri di tingkat lokal, regional maupun nasional.

Bagi para ustadz atau pengelola, peningkatan kemampuan tersebut bertujuan untuk mengukur sekaligus menambah skil/keahlian dalam penguasaan materi pembelajaran dan penguasaan kelas.

Sementara bagi santri, festival atau perlombaan menjadi salah satu ajang dalam mengasah dan membangun sportifitas, mental dan prestasi.

Kini dengan adanya pandemi Covid 19, TPQ perlu beradaptasi. Mulai dari kurikulum, materi, kelas dan jam belajar. Termasuk protokol KBM, baik di dalam maupun di luar kelas.

Untuk sementara selama hampir tiga bulan TPQ telah melaksanakan KBM secara online melalui media WhatsApp. Meskipun jujur kita akui belum bisa berjalan maksimal, karena tidak semua wali santri memiliki dan menggunakan HP berbasis android.

Kemudian konsekuensi jika kenormalan baru “new normal” diberlakukan, maka TPQ perlu payung hukum atau regulasi dalam pelaksanannya. Dan dukungan tersebut tidak hanya sebatas kebijakan penyelenggaraannya, namun juga sumber dana khususnya dari pemerintah.

Karena dengan kondisi yang seperti ini, tentu lebih banyak membutuhkan sarana dan prasarana dalam pelaksanaannya. Seperti jam belajar yang bertambah, karena jumlah santri di batasi. Kemudian sabun cuci tangan dan kaki, handsanitizer, masker, face cover dan lain-lain.

Pertanyaan selanjutnya adalah jika TPQ hadir kembali menggelar KBM di tengah-tengah pandemi covid 19, maka TPQ dihadapkan pada kebudayaan baru.

Hal ini menjadi tantangan bagi para penyelenggara TPQ yakni pengelola dan ustadznya. Kemudian juga santri dan para wali santrinya, karena mau tidak mau gaya baru atau pola hidup baru yang lebih Islami harus diterima dan dijalankan.

Jika tidak, maka TPQ dan masa depan penyelenggaraan pendidikan yang berbasis baca tulis al Quran bisa terancam bubar.

Dan hal ini, tentu tidak kita inginkan bersama, untuk itu mari kita bersama-sama membangun optimisme dan bangkit demi membangun masa depan anak-anak kita menjadi ‘Generasi Qurani’. 

Sambil menunggu adanya regulasi dari pemerintah untuk KBM di TPQ, berharap kepada para pengelola dan ustadz TPQ mari kita mempersiapkan dan berbenah diri untuk menghadapi kenormalan baru atau "new normal" dengan membuat rencana baru. (ies)

*)Penulis adalah Kepala TPQ Nurul Iman Penaruban, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga

#TPQ #Taman Pendidikan Al Quran #Covid 19